Jual Beli ( buyu )

Ditulis oleh: -


TUGAS MAKALAH
FIQIH MUA’AMALAH
“JUAL BELI”
Dosen pengampu        : Jumaelah,S.H.I,M.SI
Di susun oleh :
Kelompok 3
1.    Bagus Firmansyah                               2011 112 003
2.    Ahmad Zaenul Ma’arif                       2011 112 004
3.  Mauidoh khasanah                              2011 112 028


Syari’ah / Ahwalus syakhsiyyah
A (Reguler)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Pekalongan
2013 / 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh allah disamping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial artinya manusia tidak dapat hidup tanpa pesan orang lain. Supaya kepentingan manusia yang begitu banyak itu saling terpenuhi maka dibutuhkan norma dan aturan-aturan. Sehingga dengan norma ataupun aturan-aturan tersebut kehidupan masyarakat akan berjalan teratur an terhindar dari sikap mendzolimi orang lain dan menempuh jalan batil dalam usaha mencari rizki.
Agama islam mengajarkan kepada pemeluknya agar berusaha dan mencari rizki yang halal. Salah satunya dengan jalan melakukan jual beli. Jual beli menurut islam aalah tukar menukar dan transaksi barang dengan cara memberi manfaat bagi kedua belah pihak dengan jalan yang halal. Karena dalam hal muamalah, islam tidak membiarkan manusia menuruti kehendak hawa nafsunya yang cenderung berlebihan terhadap dunia dan idak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.
B.       Rumusan masalah
1.      Apakah definisi jual beli
2.      Apakah hukum jual beli
3.      Apa saja rukun-rukun jual beli
4.      Apa saja syarat-syarat jual beli
5.      Apa macam-macam jual beli
6.      Apa hikmah jual beli
C.      Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi jual beli
2. Untuk mengetahui macam-macam jual beli
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat jual beli



BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Jual Beli dan Hukumnya
            Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai’,at-Tijarah dan al-Mubadalah yang artinya pertukaran sesuatu dengan sesuatu.
            Menurut istilah yang dimaksud dengan jual beli adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan  hak milik dari yang satu kepad yang lain atas dasar saling merelakan.[1]
Menurut madzhab Hanafiyah,Jual beli adalah pertukaran harta (mal) dengan harta dengan menggunakan cara tertentu.Pertukaran harta dengan harta disini, diartikan harta yang memiliki manfaat serta terdapat kecenderungan manusia untuk menggunakannya,cara yang dimaksud adlah sighot atu ungkapan ijab qobul.[2]
Menurut Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu’ al-Bai’ adalah pertukaran harta dengan harta dengan maksud untuk memiliki.
            Hukum jual beli pada dasarnya diperbolehkan ,hal ini berlandaskan dalil al-quran dan al-hadis atupun ijma ulama.
v  Firman-Nya (QS.Al-Baqoroh:275)
 واحل الله البيع وحرم الربا
Artinya:”Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
Ayat ini merujuk pada kehalalan jual beli dankeharaman riba.ayat ini menolak argumen kaum musyrikin yang menentang disyariatkannya jual beli dalam al-Qur’an.
v  Rasulallah SAW bersabda yang artinya:
Dari Rifaah bin Rafi Ra. Sesungguhnya Rasulallah SAW ditanya: Mata pencaharian apakah yang paling baik?”Beliau menjawab,”Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan tiap-tiap jual beli yang bersih”.(HR.Basyar dan disah kan oleh al-Hakim)
v  Ijma(kesepakatan ulama muslim) atas kebolehan akad jual beli.Ijma ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam  kepemilikan orang lain,dan kepemilikan sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja,namun terdapat kompensasi yang harus diberikan.[3]
2.Rukun dan Syarat-Syarat jual beli
Rukun Jual Beli ada tiga yaitu:[4]
1.      Akad(ijab qobul)
            Akad ialah ikatan kata antara penjual  dan pembeli.Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qobul dilakukan sebab ijab qobul menunjukan kerelaan(keridhaan).Pada dasarnya ijab qobul dilakukan dengan lisan,tetapi kalu tidak mungkin misalnya bisu atu yang lainnya,boleh ijab qobul dengan surat menyurat yang mengandung arti ijab dan qobul.
            Adanya kerelaan tidak dilihat sebab kerelaan berhubungan dengan hati,kerelaan dapat diketahui melalui dengan tanda-tanda lahirnya tanda yang jelas adalah ijab dan qobul rasulallah SAW bersabda:
قل النبي ص م انما البيع عن تراض (رواه ابن مجاه)
“rosulallah SAW bersabda :sesungguhnya jual beli hanya sah dengan saling merelakan(Riwayat Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).

Syarat-Syarat Ijab Qobul:
·         Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja setelah penjual menyatakan ijab dan sebaliknya.
·         Jangan diselingi kata-kata lain antara ijab dan kabul.
·         Beragama islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu.
2.      Orang-orang(penjual dan pembeli)
Berikut Ini syarat-syarat bagi orang yang melakukan akad.
·         Baligh berakal agar tidak mudah ditipu orang.Batal akad anak kecil,orang gila dan orang bodoh sebab mereka tidak pandai menggunakan harta.
·         Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu.
3.      Ma’kud alaih(objek akad)
Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad ialah sebagai berikut:
·         Suci atau mungkin disucikan sehingga tidak sah penjualan benda-benda najis seperti anjing babi dan yang lainnya.rasulullah SAW:

عن جابررض ان رسول الله ص م قل ان الله ورسوله حرم بيع الخمر والميتة والخنز ير والا صنام(رواه اليخري ومسلم)
“Dari Jabir r.a Rasulullah SAW bersabda:sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan penjualan arak,bangkai,babi,dan berhala”(Riwayat Bukhari dan muuslim)
·         Memberi manfaat menurut syara’,maka dilarang jual beli benda-benda yang tidak boleh diambil maanfaatnya menurut syara’,sepirti menjual babi,kala,cicak dan yang lainnya.
·         Jangan ditaklikan,yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain,seperti jika ayahku pegi, kujual motor ini kepadamu.
·         Tidak dibatasi waktunya,seperti perkataan kujual motor ini kepada tuan selama setahun.
·         Dapat diserahkan dengan cepat atau lambat tidaklah sah menjual binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi.
·         Milik sendiri,tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak seizin pemiliknya.
·         Diketahui (dilihat) barang yang diperjualbelikan harus dapat diketahui banyaknya,beratnya,takarannya atu ukuran-ukuran yang lainnya,maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan kerugian salah satu pihaknya.
3.Macam-Macam Jual Beli
            Ditijau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan pendapat Imam taqiyyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk.
البيوع ثلاثة بيع عين مشاهدة وبيع شيئ مو صوف فى الذمة وبيع عين غائبة لم تشاهد

 “Jual beli ada tiga  macam yaitu jual beli benda kelihatan, jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji dan jual beli yang tidak ada.[5]

Ø  Jual beli banda yang kelihatan ialah pada melakukan akad jual beli benda atau barang yanag di perjual belikan ada di depan penjual dan pembeli.
Ø  Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnaya dalam perjanjian ialah jual beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah untuk jual beli yang tidak tunai atau kontan, salam pada awalnya meminjamkan barang atau suatu yang seimbang dengan harga yang tertentu.
Syarat-syarat salam dan tambahannya sebagai berikut:
a)      Ketika malakukan akad salam, disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang maupun diukur.
b)      Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi dan memperendah barang itu, seperti kain dengan menyebutkan jenis kainnya.
c)      Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang bisa didapatkan dipasar.
d)     Harga hendaknya dipegang  ditempat akad berlangsung.
Ø  Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang dilarang oleh agama islam karena brangnya tidak tertentu atau masih samar sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak, seperi penjualan bawang merah dan wortel serta yang laennya yang berada dalam tanah.

4.Jual beli yang dilarang
Ø  Barang  yang dihukumi najis oleh agama seperti anjing, babi, berhala, bangkai dan khamr.
Ø  Jual beli sperma (mani) binatang jantan.
Ø  Jual beli anak binatang yang masih dalam perut induknya.
Ø  Jual beli barang yang belum dimiliki.
5. Hikmah jual beli
            Allah SWT mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasaan dari-Nya untuk hamba-hamba-Nya, karena semua manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang pangan dan sebagainya. Kebutuhan seperti ini tidak pernah terputus selama manusia masih hidup, karena itu ia dituntut berhubungan dengan yang lainnya.
            Jika akad telah berlangsung setelah rukun dan syaratnya terpenuhi, maka konsekuensinya penjual memindahkan barang kepada pembeli dan pembeli memindahkan miliknya kepada penjual dengan harga yang telah disepakati. Dengan demikain telah dipahami bawha Allah SWT telah mesyariatkan jual beli agar diantara umat saling berhubungan atau saling bermuamalah.













BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Jual beli merupakan salah satu cara yang di perbolehkan dalam agama islam untuk mencari rizki yang halal. Jual beli adalah tukar menukar harta secara suka sama suka
Di antara macam-macam jual beli adalah jual beli barang dengan uang tunai, sistem muqayadlah, uang dengan uang, sistem musawamah, sistem murabahah, sistem muwadlo’ah
Kemudian yang perlu di perhatikan kaitannya dengan jual beli adalah rukun dan syarat jual beli penjual pembeli, uang dan benda yng di beli, ijab dan qabul, dan di antara syarat-syaratnya yaitu berakal, suka sama suka, baliq, suci, ada manfaatnya, jelas dan halal.
Jual beli di anggap sah jika telah terpenuhi rukun-rukunnya serta syarat-syaratnya dan di antara jual beli yang dilarang yaitu khamar, bangkai, berhala, anjing, sperma, jual beli dengan mukhadharah.
Dengan adanya jual beli maka akan menumbuhkan ketentraman jiwa dan kebahagiaan, tanggung jawab, mencegah kemungkaran, sarana ibadahdengan memperoleh keuntungan maka seseorang muslim di anjurkan untuk berinfak.



DAFTAR PUSTAKA

Djuwaini Dimyauddin.Pengantar Fiqih mu’amalah.Penerbit:Pustaka Pelajar,Yogyakarta2008
Suhendi Hendi, Dr. H, M.Si. Fiqih Mu’amalah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2008
Sudarno, S.Ag. Pendidikan Agama Islam. PT. Cahaya Mentari . Surakarta
.       Rasjid Sulaiman, H. Fiqih Islam, PT. At- Tahiriyah. Jakarta. 1976



[1] Idris Ahmad,Fiqih al-syafi’iyah, hlm.5
[2] Al-kasani,v,hal.133
[3] Zuhaili,1989,jilid IV,hlm.346
[4] Dr.h.hendi suhendi,m.si.fiqih muamalah,hlm70.2007
[5] Kifayatul al-akhyar,hlm.329

1 komentar :